aku merindukanmu

Aku merindukanmu. Aku merindukanmu yang entah kamu merasakan hal yang sama atau sebaliknya.

Aku merindukanmu tapi tidak bisa ku katakan. Apa kabar kamu ?

Berulang kali aku membuka layar handphone melihat namamu namun berulang kala aku menutupnya lagi. Beri aku tanda kalau kamu baik-baik saja. Itu sudah cukup bagiku.

Beberapa pertanyaan memang tidak seharusnya terjawab.

 

Aku rindu memesan makanan untukmu dan kamu memesan makanan untukku. Aku rindu berdebat denganmu tentang kopi panas lebih pas diminum dan kopi dingin menurutku lebih mudah untuk diminum. Aku rindu duduk santai membicarakan hal-hal yang tidak pernah sampai : menghitung bintang, menanam pohon dan merawatnya menjadi hutan, menyelam kedasar laut yang gelap dan dingin, menghitung butiran pasir dalam satu genggam, memelihara dino saurus. Kita tahu itu tidak mungkin bisa kita lakukan. Tapi masih sering kita bincangkan.

Aku rindu mendengarmu bercerita tentang mimpi semalam, tentang angan yang ingin kamu gapai segera dengan semangat yang tidak pernah habis.

 

Aku rindu genggaman tanganmu, matamu, senyummu, bercandaanmu yang kadang membuatku kesal.

 

Katamu puisi itu romantis tapi bagiku matamu yang paling romantis. Caramu memandang segala sesuatu hal dengan sederhana. Aku rindu.

 

Aku rindu dengan tekateki hidupmu dan aku menerka-nerka kemungkinan yang kamu rasakan. Tekateki yang membuatku sering merasa gagal karena tidak pernah berhasil memecahkan. Barangkali banyak hal di dunia ini yang memang selayakna jadi misteri saja. Ada baiknya misteri tak perlu dipecahkan. Kamu benar.

Persolan hidup itu mudah dipecahkan, tapi sulit dijelaskan.

Meski bagiku merindukanmu adalah hal paling mudah tapi sulit untuk diselesaikan. Dan itu suatu masalah bagiku. Tidak mudah di selesaikan jika itu berhubungan denganmu yang sudah berada jauh bahkan tidak ada dihadapanku sekarang.

 

Aku rindu dibuatkan puisi yang menurutmu itu adalah hal paling romantis yang kamu lakukan untukku, tapi bagiku sekarang hal paling romantis adalah merindukanmu.

Aku rindu dengan hari-hari yang sudah berlalu. Meninggalkan kisah, menanggalkan kasih, membiarkan  keluh dan kesah di sudut ruang hampa dalam diri. Bersembunyi di tempat paling aman untuk mengirim setumpuk doa dan harapan agar kamu baik-baik saja. Memang sudah seharusnya jarak rindu ditempuh dengan doa. Aku tidak tahu itu akan sampai padamu atau berhenti di tengah jalan karena kamu sudah tidak merasakan apa yang aku rasakan –bahkan mungkin kamu tidak butuh doa kerinduan itu datang. Gapapa selama kamu baik-baik saja. Sudah cukup bagiku.

 

Hidup ini aneh, atau aku yang aneh. Dulu aku takut ketahuan diam-diam merindukanmu, diam-diam mencarimu. Sekarang aku takut, aku takut kalau kamu tidak tahu sekuat apa aku merindukanmu, aku takut kalau pesan rinduku tidak pernah sampai. Atau jangan-jangan pesan itu tidak pernah terkirim. Pesan yang ku kirim lewat doa. Beritahu aku ya, jika sudah sampai atau tidak usahlah aku tahu sudah sampai atau belum. Toh katamu, hidup ini misteri. Dan beberapa misteri tidak perlu dipecahkan.

Dan memang sudah semestinya rindu itu disimpan dan diselipkan dalam doa. Biarlah menjadi rahasia jarak. Entah sudah sampai atau belum. Biarlah.


@rianaevelina

@podcast_lama

_tugasakhirsora

Comments

Popular posts from this blog

hujan, secangkir kopi dan kepergian senja

Hallo

langit malam