Posts

Showing posts from November, 2020

tidakkah cinta diciptakan untuk sebuah kepemilikan

  Suatu hari, jika aku harus menikah dan bukan denganmu. Sementara cinta yang aku miliki sebatas aku dan kamu, aku akan membuat sebuah tatto dengan spidol hitam pekat yang sulit dihapus jika terkena air. Bila air mampu membuat namamu samar, akan aku buat ulang agar tetap terlihat jelas dan tegas, bahwa namamulah yang aku butuhkan meski kita tidak bisa bersama lagi. “hahaha, kamu bercanda. Memangnya kamu nggak sayang dengan kulitmu, ia akan menghitamkan bagian-bagian yang seharusnya tidak terkena tinta”, kamu tertawa sambil menggelengkan kepalamu. Aku serius, Adit. Aku tidak pernah sebercanda itu. Jika itu bersangkutan denganmu. Karena cintaku tidak pernah bercanda. Mungkin kalimatku barusan membuatmu tidak yakin dengan hal itu, tapi percayalah hanya itu yang bisa aku lakukan jika suatu hari nanti aku harus dengan terpaksa menikah dengan lelaki lain. Aku akan mengukir namamu di bagian dada, agar dia tahu bahwa malam pertama yang dia impikan tidak akan pernah terjadi. Dia akan me...

apa yang kau suka ?

"apa yang kau suka ?" wangi hujan itu menyebalkan! tidak seperti wangi parfume yang memberi banyak kehangatan wangi hujan hanya meninggalkan ruang kosong yang dingin bahkan hujanpun akan sangat marah jika mencium baunya sendiri bau yang tidak disukai 2 orang patah hati aku tidak. Karena aku tidak patah hati aku memberikan hatiku untuk mu terserah mau kau apakan itu urusan mu urusan ku sudah selesai, setelah tau pemilik rumah tidak mau menerimanya

apa yang bisa menarik perhatian mu (sebuah catatan)

  tidak ada yang perlu kau tahu. tidak ada yang perlu aku beri tahu. aku adalah orang yang paling rumit dari yang pernah aku kenal. sesimple itulah aku. jangan takut untuk mencintaiku, karena aku tidak mudah untuk dicintai namun mudah untuk dilupakan.

Berisik

  Sudah dua bulan. Ada suara orang yang sedang memahat kayu Setiap pukulannya berirama Ruang hampa memecah gemanya Berpadu dengan suara “ding dong” 12 kali. "Masih belum berhenti ?" Sayup mataku, menahan kesal. Tubuhku gelisah Sesuatu menggelitik di dalam perut Ada yang berbisik Rindu, katanya Tungu, cegahnya “BERISIK” Yang sudah patah untuk apa dipahat lagi ?

Kau dan Angin

  Kucing di seberang jalan itu, menatap tajam, menertawakan tingkahku yang masih saja berandai-andai. Andai saja angin memiliki warna. Aku ingin warna biru untuk angin yang menyampaikan pesan rinduku pada mulut yang selalu mengucap ingin mencarinya. Seperti nelayan di tengah gelap malam yang tidak bisa memberi pesan pada keluarganya. Aku ingin angin yang berwarna putih untuk mempertahankan warnanya, lembar baru yang ntah aku harus mulai mewarnainya dengan apa, dikala rindu sulit dikekang. Aku ingin  angin berwarna jingga untuk meluapkan kesalku akan rindu hari itu, yang selalu ditunggu bahuku. Aku ingin angin yang biasa saja. Tidak berwarna namun istimewa. Kucing itu sudah pergi sekarang, tidak menertawakanku lagi. Dia tahu rindu tidak harus disampaikan. Begini saja sudah cukup. Soal angin, aku ditipu. Tidak ada pesan atau semacamnya. Kamu, sepulang kerja selalu bilang “aku mau cari angin dulu” “Menyebalkan!”, ucapku pelan. Angin seperti apa yang kamu cari ? Tidakkah bahuku le...